Labschool Kebayoran. Sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi bagi saya. Terbayanglah bangunan empat lantai di pinggir jalan Ahmad Dahlan yang selalu menjadi biang macet di hari senin hingga jumat, bahkan di hari libur sekalipun. 3 tahun menimba ilmu di SMP Labschool Kebayoran membuat saya kenal dekat dengan salah satu sekolah swasta terbaik di Jakarta ini. Pendidikan moral dan akhlak yang lebih baik dibanding sekolah lain, menarik saya untuk kembali meneruskan pendidikan saya di sini, di SMA Labschool Kebayoran.
Tahun Pertama – Pengenalan kehidupan SMA yang penuh dilema
Seperti siswa SMA pada umunya, hari-hari pertama saya di SMA diawali dengan kegiatan MOS. Kegiatan yang bertujuan utama untuk mengenalkan lingkungan SMA pada para siswa baru, kegiatan yang pada kenyataannya menjadi ajang pelatihan mental dan keuletan bagi para siswa baru. Menerima materi, pelatihan baris-berbaris, sampai bentakan dari kakak kelas OSIS Diwakara Balasena saat makan komando semuanya terangkum dalam 3 hari kegiatan MOS SMA Labschool Kebayoran angkatan 9. Walaupun berat, pengalaman MOS di SMP Labschool Kebayoran membuat MOS di SMA menjadi terasa lebih ringan. Selain karena sudah memiliki perkiraan kegiatan di MOS, teman-teman yang banyak juga meringankan penderitaan saat MOS.
3 hari MOS pun berlalu, dan kehidupan SMA dimulai. Selama bulan pertama, saya ditempatkan di kelas calon akselerasi, XF. Kelas ini sedikit berbeda dengan kelas X lain. Kelas kami tidak menggunakan sistem moving class dan memiliki guru yang berbeda dengan kelas lain. Perbedaan yang lebih penting lagi, materi pelajaran di kelas ini diajarkan lebih cepat dibanding kelas lain, tentu saja karena ini kelas calon akselerasi. Saya merasa senang dan nyaman berada di kelas ini karena sejak awal masuk SMA saya memang ingin mengikuti program akselerasi, mengikuti jejak kakak saya. Selama berada di kelas ini, saya rasa saya tidak merasa kesulitan dalam mengikuti kecepatan pembelajaran di kelas akselerasi. Namun, ternyata setelah 1 bulan saya dinyatakan tidak lulus dan harus melanjutkan di kelas reguler. Kenyataan ini terasa cukup berat bagi saya, tapi penyesalan tidak akan membawa solusi jadi lebih baik saya mengoptimalkan diri di kelas reguler. Orangtua saya yang menginginkan saya masuk akselerasi juga merasa kecewa, karena mereka tidak menyangka saya tidak layak mengikuti program akselerasi. Sebagai kompensasi dari kekecewaan mereka, mereka meminta saya untuk aktif dalam keanggotaan OSIS. Awalnya saya terkejut mendengar pernyataan ini, karena untuk menjadi OSIS harus melalui serangkaian tes yang panjang dan tidak mudah. Walaupun, setelah saya pikir-pikir, tidak ada yang tidak mungkin, jadi tidak ada salahnya dicoba.
Setelah meninggalkan kelas calon akselerasi saya masuk ke kelas XA. Ternyata dalam kelas ini banyak murid yang berasal dari SMP Labschool Kebayoran jadi saya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi. Sekitar 2 minggu, saya sudah berkenalan dengan murid-murid yang lain dan merasa nyaman dengan kelas baru saya. Ternyata murid-murid di kelas ini sangatlah bervariatif sehingga belajar menjadi tidak membosankan.
Bulan Oktober, angkatan saya menjalani program wajib dari sekolah yaitu TO. Kegiatan TO diawali dengan Pra-TO. Dalam kegiatan Pra-TO kami, angkatan 9, melakukan berbagai persiapan untuk kegiatan TO. Persiapan-persiapan seperti pembuatan nametag, pengecatan tongkat, belajar memasak, dan lain-lain. Kedengaran kegiatan ini terkesan menyenangkan dan santai, tetapi realita berbeda dengan ekspektasi. Kegiatan Pra-TO ini diwarnai dengan hitungan dan teriakan dari kakak OSIS. Hitungan dan teriakan yang akan terus terngiang dalam setiap kegiatan, terutama makan komando. Ketegasan dari kakak OSIS saya rasa memang diperlukan karena bermanfaat untuk meningkatan kekuatan mental dan kekompakan angkatan kami. Selama ketegasan tersebut tidak berlebihan dan memberi kesan merendahkan harga diri serta merupakan pelampiasan amarah dari kakak OSIS. Di akhir kegiatan Pra-TO, terpilih tiga ketua angkatan yaitu Nabel, Olaf, dan Danto, dan juga pemberian nama bagi angkatan kami. Angkatan saya, angkatan 9, sejak saat itu memiliki nama Nawa Drastha Sandyadira, yang berarti "Angkatan 9 yang bermahkotakan persatuan yang kokoh", disebut juga Nawastra.
Setelah Pra-TO kegiatan TO pun dimulai. Kami berangkat ke Purwakarta dengan bus, membawa serta nametag dan tongkat bambu warna-warni yang telah kami buat dengan susah payah sebelumnya. Saya tergabung dengan kelompok 9 sejak pra-TO, kelompok yang menyenangkan dan kompak. TO berlangsung selama 5 hari. Dalam 5 hari tersebut kami tinggal di rumah penduduk desa dan merasakan kehidupan di pedesaan. Kami mengikuti orang tua asuh kami bekerja, mengadakan penelitian di desa tersebut, mengadakan festival budaya, dan mengadakan pentas seni untuk menghibur warga sekitar. Kami juga melakukan penjelajahan ke hutan dan perkebunan di sekitar lokasi TO.
Selain TO, di kelas X juga diadakan serangkaian kegiatan seleksi OSIS. Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan LAPINSI. LAPINSI merupakan kepanjangan dari Latihan Kepemimpinan Siswa. LAPINSI berisi acara kependidikan kepemimpinan untuk siswa kelas X yang ingin menjadi anggota OSIS. Setelah kegiatan LAPINSI, rangkaian berikutnya adalah TPO. TPO adalah kegiatan seleksi anggota OSIS yang terdiri dari berbagai bidang, yaitu tes fisik, tes makalah, dan tes rohani. Saya merasa sedikit kesulitan di tes fisik dan rohani,karena saya kurang mahir di kedua bidang tersebut. Pada akhirnya, saya dapat melalui ketiga tes tersebut dengan baik.
Seiring dengan kegiatan-kegiatan non akademis diatas, tentunya saya juga melaksanakn tugas utama saya sebagai seorang pelajar, tentu saja belajar. Sama dengan SMA lain, saya juga menempuh jalan berliku dalam mencari ilmu dan nilai. Ulangan harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester, serta tugas-tugas semuanya terasa berbeda di tingkat SMA. Rasanya saya sudah berusaha dan belajar dengan keras, tetapi hasil yang saya dapat terkadang di bawah ekspektasi saya. Berbeda dengan pengalaman di SMP dan SD saat mendapatkan nilai tidak begitu sulit. Walaupun begitu saya mencoba memahami kendala ini sebagai suatu tantangan yang harus dilalui, karena dengan setiap tantangan yang berhasil saya lalui kemampuan diri saya akan semakin terasah.
Di akhir kelas X, saya mengikuti program BINTAMA. BINTAMA memiliki kepanjangan Bina Mental Kepemimpinan Siswa. Dalam kegiatan tersebut, saya dan angkatan Nawastra mengikuti pelatihan mental di Markas Grup 1 KOPASSUS, Serang, Banten. Tidak hanya pembinaan mental, kami juga menerima pelatihan yang biasa diberikan pada tentara, tentunya dengan taraf yang ringan. Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain seperti mountaineering, LCR, outbound, PBB, dll.
Tahun kedua – Manajemen waktu kunci kesuksesan
Tak terasa, kehidupan saya di SMA telah mencapai tahun kedua. Saya melanjutkan ke kelas XI dan masuk ke jurusan IPA. Saya ditempatkan di kelas XI IPA 2. Kelas ini ternyata berisi murid-murid yang memiliki kemampuan di atas rata-rata di kelas X. Saya beranggapan bahwa kelas ini adalah kelas yang sangat kompetitif dan penuh rivalitas, dan ternyata anggapan saya benar. Kelas ini (biasanya) memiliki nilai rata-rata ulangan harian yang lebih tinggi dibanding kelas lain. Walaupun rivalitas yang tinggi, suasana belajar di kelas ini sangatlah hangat dan penuh canda tawa. Terkadang, kami malah terlalu banyak bercanda, tetapi hal ini tidak mengurangi efektifitas pembelajaran karena pikiran kami tidak jenuh.
Sekarang, saya akan melanjutkan cerita perjuangan saya menjadi anggota OSIS. Setelah Lapinsi, TPO, dan BINTAMA, seleksi menjadi OSIS pun selesai. Hasil seleksi diumumkan melalui surat sekolah, yang diberikan disaat awal libur sekolah. Tak disangka, ternyata saya lulus seleksi dan dapat menjadi anggota OSIS. Senang sekali rasanya, karena selain punya pengalaman organisasi yang baru, saya juga berhasil mengobati rasa kecewa orang tua saya karena saya gagal masuk akselerasi. Singkat cerita, saya terpilih menjadi CAPSIS Periode 2010-2011 sebagai Koor. Edukasi. Saya dilantik menjadi OSIS tanggal 17 Agustus 2011. Sebelum dilantik saya harus berlari dari Taman Makam Pahlawan Kalibata sampai Labschool Kebayoran sejauh 17 km. Perjuangan lari tersebut disebut juga LALINJU. LALINJU biasanya dilaksanakan tanggal 17 Agustus, tapi karena 17 Agustus 2010 jatuh di bulan puasa, saya melaksanakan LALINJU di bulan Juli. Berlari 17 km awalnya terkesan mustahil untuk dilakukan, tetapi dengan persiapan yang matang dan semangat yang berapi-api, saya dan OSIS Dranadaraka Wiraksaka serta MPK Bathara Satya Hayaskara mampu melakukannya.
OSIS Dranadaraka Wiraksaka di lokasi TO 2010 |
Kehidupan kelas XI saya banyak diisi oleh kerja keras dalam bidang akademis maupun non-akademis. Ternyata tidak mudah menyeimbangkan keduanya. Di saat saya ingin fokus di akademis, terbayang proker-proker OSIS yang tidaklah sedikit dan tidak mudah. Namun, saat saya mempersiapkan proker-proker OSIS tersebut, terlintas ingatan nilai-nilai ulangan dan tuntutan orang tua akan nilai yang bagus. Semester pertama, saya merasa 'ketetaran' untuk menyeimbangkan keduanya. Hal ini dibuktikan dengan jatuhnya rangking saya ke rangking 7. Insiden ini menjadi pukulan mental yang telak bagi saya, karena kepercayaan orang tua saya terhadap kemandirian saya berkurang kembali. Kegagalan ini saya anggap sebagai sebuah pembelajaran dalam proses kemandirian dan saya berusaha untuk memperbaikinya di semester kedua.
Semester kedua. Proker OSIS yang bertumpuk dan tagihan ulangan serta tugas datang bersamaan di waktu yang sama. Kemampuan manajemen waktu saya benar-benar diuji di semester kedua ini. Untungnya, pengalaman pahit di semester pertama membuat saya lebih berhati-hati dan cermat dalam mengatur waktu, sehingga semester kedua berjalan lebih lancar dari semester pertama. Semester kedua juga saat pertama kali saya merasakan menjadi seorang ketua panitia. Dalam salah satu Proker OSIS, yaitu Jakarta In Global 2011, saya memegang peranan menjadi ketua panitia. Saat itulah saya merasakan suka dan duka menjadi seorang organisator. Ternyata memegang jabatan sebagai ketua panitia tidaklah semudah yang saya bayangkan. Mencari dana, mempublikasikan acara, mengatur keuangan, dan mempersiapkan acara semuanya harus berada di bawah kontrol ketua panitia. Sebelumnya saya sudah ikut dalam kepanitiaan proker sebelumnya, Sky Battle, yang hanya berjarak 2 bulan. Pada akhirnya, acara berjalan dengan sukses berkat kerja keras para panitia yang terlibat di dalamnya.
Kelas XI, saya dan Nawastra mengikuti program Studi Lapangan ke Yogyakarta. Kami berada di sana selama 5 hari. Kami mengunjungi beberapa lokasi di Yogyakarta dan sekitarnya yaitu AAU, Malioboro, pabrik Jamu Air Mancur, pabrik Sritex, candi Prambanan, dll. Studi lapangan ini sangatlah menyenangkan, karena selain menambah ilmu, belajar di luar kelas dengan suasana berbeda bersama teman-teman dapat menyegarkan pikiran. Tentunya studi lapangan ini bukan hanya sekedar jalan-jalan karena peserta studi lapangan diberikan tugas yang berkaitan dengan tempat tujuan studi lapangan dan ilmu jurusan. Tugas-tugas ini berpengaruh terhadap nilai rapot.
Saya (tengah) di Candi Prambanan saat Studi Lapangan |
Nilai. Oh iya, semester 2 saya juga mengalami kenaikan nilai yang signifikan. Manajemen waktu yang lebih baik dalam memegang beberapa tanggung jawab sekaligus ternyata tidak percuma. Semester 2 rangking saya naik dari 7 menjadi 1. Pencapaian ini merupakan yang pertama saat saya SMA, karena kelas X semester 1 dan 2 saya mendapat rangking 2. Prestasi ini tentunya tidak lepas dari rahmat Tuhan, dukungan orang tua, dan keberadaan teman-teman yang menambah semangat belajar. Kelas XI IPA 2 yang berisi anak-anak rajin membuat saya mau tidak mau harus mengikuti tempo belajar yang cepat dan keinginan untuk memenuhi seluruh tagihan tugas, tetapi diimbangi dengan canda tawa dan senda gurau. Lingkungan belajar IPA 2 yang nyaman rasanya sulit sekali untuk ditinggalkan dan dilupakan.
XI IPA 2, hari terakhir pembelajaran |
Kesimpulannya, kelas XI merupakan saat-saat yang paling menyenangkan saat SMA. Saat saya tidak lagi menjadi junior yang tertekan, tidak juga menjadi senior yang sibuk memikirkan UN dan tes masuk universitas yang diinginkan. Saya bebas menentukan pilihan apakah ingin fokus di organisasi, akademis, atau sekedar menikmati masa remaja. Tentu saja setiap pilihan memiliki efek sampingnya masing-masing.
Tahun ketiga – Fokus pada tujuan akhir
Akhirnya, saya telah menginjak tahun ketiga saya di SMA. Hal ini menandakan bahwa saya harus fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan akademis, terutama UN dan SNMPTN. Pertanda juga bagi saya dan OSIS Dranadaraka Wiraksaka serta MPK Bathara Satya Hayaskara untuk menyerahkan jabatan yang telah kami dapatkan selama satu tahun, kepada adik kelas yang akan menjadi penerus OSIS dan MPK. Diawali dengan suksesnya penyelenggaraan Sky Avenue 2011, proker terakhir dan terbesar yang dimiliki OSIS. Tidak hanya OSIS yang terlibat, Sky Avenue 2011 juga melibatkan tiga angkatan, angkatan 9,10, dan 11 dalam kesuksesannya.
Proker-proker OSIS Dranadaraka Wiraksaka semuanya berhasil berjalan dan diterima dalam LPJ dengan MPK Bathara Satya Hayaskara. Sebelum LPJ, kami terlebih dahulu melaksanakan LALINJU bersama para CAPSIS dan CAMPK yang akan menggantikan kami. Untuk kedua kalinya, saya berhasil berlari sejauh 17 km. Selesainya LALINJU menandakan dikukuhkannya CAPSIS dan CAMPK 2011/2012. 17 Agustus 2011, akhirnya kami menyerahkan jabatan kami kepada CAPSIS dan CAMPK, dengan diserahkannya jabatan kami berarti kami harus bersiap untuk menghadapi tantangan yang lebih berat lagi, yaitu UN dan SNMPTN.
Sie. Edukasi OSIS Dranadaraka Wiraksaka |
Tahun ketiga saya di SMA Labschool Kebayoran belumlah berlalu, saya baru saja memasuki bulan ketiga tahun ketiga saya. Berada di kelas XII IPA 1 yang berisi murid-murid yang lagi-lagi pintar dan rajin, saya harus berusaha keras untuk mempertahankan tiket menuju SNMPTN Undangan. Akhir kata, saya berharap di tahun ketiga ini saya bisa mencapai kesuksesan dan mengukir sejarah yang baik bagi SMA Labschool Kebayoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar