Sabtu, 10 September 2011

2 Tahun di Labsky...

Bisa dibilang, seluruh siswa dan siswi yang berkesempatan untuk menuntut ilmu di SMA Labschool Kebayoran adalah anak-anak yang beruntung. Bagaimana tidak, kegiatan belajar mengajar tidak hanya berlangsung di kelas tetapi dimana saja dan kapan saja. Belajar dimana saja bisa berarti di group KOPASSUS yang berlokasi di Serang, sampai di Gunung Halimun Salak. Kapan saja berarti siswa dan siswi SMA Labschool Kebayoran tidak hanya belajar senin-jum’at dari pukul 07.00 pagi sampai 15.30, tetapi juga diluar jam tersebut. Apabila siswa dan siswi mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran, mudah saja untuk menghubungi bapak ibu guru, bahkan di hari libur sekalipun. Bapak dan ibu guru pasti dengan sigap akan membantu. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung 24/7 ini jangan disalah artikan dengan menyangka bahwa SMA Labschool Kebayoran hanya berisi “sekumpulan anak dengan otak emas dan brilian tetapi tidak bisa bergaul”. Karena, yang paling saya banggakan tidak datang dari segudang prestasi yang sudah Labschool Kebayoran ukir, tetapi berasal dari bagaimana Labschool Kebayoran (baik SMP dan SMA-nya) telah sukses mengubah saya dari anak pemalu yang, jangankan memberi pidato di depan kelas, bahkan meminta sedotan di restoran saja tidak berani.

Dari sepenggal kebanggaan yang sudah saya sebutkan di atas, izinkan saya menambahkannya dengan menceritakan pengalaman tak terlupakan selama kurang-lebih 2 tahun saya menuntut ilmu, menjalin pertemanan, dan belajar makna hidup selama di SMA Labschool Kebayoran.

Selamat membaca!

Kelas X

Jujur, sebenarnya saya agak sedikit kesal dan kecewa mengapa harus menghabiskan masa SMA di Labschool Kebayoran. Bukan, bukan karena terapan pendidikan ala militer, karena saya sudah kebal (Saya menghabiskan masa SMP di Labschool Kebayoran juga). Tetapi karena saya sudah menetapkan pilihan di SMAN 28, namun tidak diizinkan orang tua dengan alasan “jangan memilih sekolah yang terlalu jauh dari rumah, nanti kamu capek di jalan”. Rasanya bosan bertemu dengan teman-teman yang sama, karena hampir 50% teman-teman di SMP Labschool Kebayoran juga melanjutkan ke SMA Labschool Kebayoran.

Ugh, batik merah ala Labschool lagi deh.


Dimulainya MOS menandakan dimulainya petualangan saya selama di SMA Labschool Kebayoran. Berbeda dengan beberapa teman-teman baru yang ‘stress berat’ saat diharuskan membuat nametag sebagai syarat peserta MOS, saya dan teman-teman dari SMP Labschool Kebayoran sudah sangat terbiasa saat membuat nametag MOS walaupun design nametag yang diberikan lumayan sulit.

Hari-hari MOS berlalu dan saya ditempatkan di kelas XD dengan wali kelas Bapak Edy Rufianto. Setelah sekarang duduk di kelas XII IPA 1, dengan suka duka yang telah dilalui, saya menobatkan XD sebagai kelas terbaik selama SMA yang pernah saya duduki. Saya merasa kerasan selama di XD, bukan hanya karena saya berhasil mendapat rangking 1 (he he he) tetapi juga karena teman-temannya yang tidak hanya enak diajak belajar tetapi diajak bertukar pikiran.

Mungkin salah satu alasan XD adalah kelas favorit saya karena bersama teman-teman baru di kelas inilah saya menghabiskan banyak sekali rangkaian kegiatan non-akademik yang memang diwajibkan SMA Labschool Kebayoran terhadap murid baru seperti saya dan teman-teman di kelas XD pada saat itu.

Kegiatannya pun sangat beragam dan sangat padat. Mulai dari MOS untuk perkenalan “wajah SMA Labschool Kebayoran” yang sebenarnya, Trip Observasi yang menjadikan saya anak angkat dari seorang petani, sampai belajar untuk bisa tahan mental di BINTAMA bersama pelatih-pelatih dari KOPASSUS. Ratusan push up, hukuman, dan candaan saya lewati bersama XD. Jadi, masuk akal mengapa saya nobatkan XD sebagai kelas favorit.

Walaupun sebenarnya pada saat Trip Observasi (sekolah lain menyebutnya live-in) kelompok dibagi tidak berdasarkan teman sekelas saja, tetapi juga teman seangkatan. Yang bisa saya ingat dari Trip Observasi adalah: saya jadi jago masak. mulai dari ayam goreng sampai tumis kangkung, saya pelajari habis-habisan. Maklum, 5 hari di desa orang menjadi anak asuh dari seorang petani dan ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Membantu menggemburkan sawah, memandikan kerbau, sampai memasak di rumah pun tuntas dilakukan. Selain itu semua, kami juga disuruh untuk membuat karya tulis, berdasar tema dan judul yang sudah ditetapkan. Adapun data diambil dari desa tersebut. Ada lagi yang namanya penjelajahan yang sangat sangat sangat melelahkan. Akan tetapi, karena semua itu dilakukan dengan senang hati dan iklas, jadi tidak terasa letihnya.

Untuk kegiatan BINTAMA (Bina Mental Siswa) jujur tidak seperti yang saya khawatirkan. Pelatihnya baik-baik, makanan yang disajikan enak, baraknya pun nyaman. Satu-satunya hal yang tidak saya senangi adalah materi survival, dimana kami peserta BINTAMA diwajibkan untuk memasak daging ular yang dibunuh didepan mata kami semua dan mencicipinya. Saat BINTAMA, kami diajarkan berbagai hal, mulai dari mem-baja-kan mental tempe kami, navigasi, dan juga yang paling mendebarkan adalah out bound. Selain turun dari papan setinggi kurang lebih 60 meter, kami juga ‘dipaksa’ untuk melakukan flying fox dari ketinggian 60 meter pula, dengan tingkat kemiringan yang sangat tajam. yang membuat berbeda dengan flying fox lain adalah, kami mempergunakan tali tambang sebagai hanger untuk flying fox, sehingga suara yang ditimbulkan saat meluncur sangatlah mengerikan.

Di kelas XD ini pula saya menentukan ekstra kurikuler yang nantinya sukses mengubahhidup saya (dalam konteks menjadi lebih baik tentunya). Pecinta Alam Labschool Kebayoran. PALABSKY. Alasan mengikuti ekskul ini adalah tak lain dan tak bukan adalah untuk coba-coba.

Biasalah anak mudo, ndak cube, ndak gayo.



searah jarum jam dari pojok kanan atas: kegiatan susur pantai saat sudah menjadi pengurus PALABSKY, tampil saat acara buka puasa bersama, kegiatan navigasi darat, lalinju, buka puasa bersama PALABSKY dari angkatan 1-10, kegiatan Rafting



Saya pikir PALABSKY adalah ekskul dimana ‘sekumpulan anak SMA jalan-jalan wisata kesana kemari dengan bersenang-senang”
Berita buruknya: ternyata praduga saya salah
Berita baiknya: mengikuti PALABSKY ini adalah my favorite mistake

Saya yang saat SMP adalah jebolan anak teater, yang asal nyeplos kalau bicara, harus dihadapkan pada ekskul yang serius, kakak senior yang galak, latihan fisik dengan porsi yang sangat berat (terutama kalau akan berkegiatan) tiap hari sabtu, dan juga menyita banyak jam sehingga sempat mengganggu jam pelajaran.

Dimulai dengan kegiatan susur pantai. Saya awalnya berpikir bahwa susur pantai adalah kegiatan dimana kami berjalan di bibir pantai dengan pasir yang masih putih. Praduga saya salah (lagi). Susur pantai memang menyusuri pantai, tetapi dengan medan yang sangat beragam. Mulai dari semak belukar, tebing, sampai batu karang setinggi Pondok Indah Mall. Susur pantai tahun ini adalah kegiatan PALABSKY yang sukses membuat saya ‘iklas apabila dicabut nyawanya’ dengan berat tas carrier tidak kurang dari 15kg, medan yang sangat sukar untuk dilalui, sampai suhu ekstrim yang saat siang panas terik sekali, tetapi begitu malam datang dinginnya menusuk. Tidak beruntungnya saya adalah; sepatu saya jebol karena kadar garam di laut tersebut sangat tinggi. Alhasil 2 dari 4 hari perjalanan saya jalankan dengan sepatu yang solnya sudah robek kanan dan kiri. Memanjat tebing, melalui tajamnya batu karang sukses saya lalui, ha, cukup membanggakan.

Setelah sukses melalui susur pantai, saya merasa sayang untuk meninggalkan PALABSKY karena sudah terlalu klop dengan teman-teman angkatan saya yang juga mengikuti PALABSKY. Jadi, keinginan untuk keluar dan ganti ekskul saya urungkan.
Kegiatan PALABSKY yang selanjutnya adalah Navigasi Darat dimana kami Calon Anggota Muda (CAM) PALABSKY belajar untuk menerapkan materi pelajaran navigasi di alam terbuka. Mulai dari membidik dengan kompas sampai dengan menentukan posisi pada peta.

Kegiatan selanjutnya adalah Pendidikan Dasar Palabsky (PDP) yang bertujuan sebagai evaluasi bagi kami CAM dengan mengaplikasikan seluruh materi pembelajaran selama kurang lebih 6 bulan. Mulai dari navigasi, survival, olahraga arus deras, panjat tebing, dan sebagainya. Alhamdulillah, angkatan saya pada saat itu berhasil lulus 100%, dan membentuk angkatan ke-9 di PALABSKY, yang bernama Adrika Phataka.
Kegiatan PALABSKY selanjutnya adalah Rafting dan Eksplorasi Gunung Kerinci.

Selain bersenang-senang naik-turun gunung bersama teman-teman PALABSKY, di kelas X ini saya juga berkesempatan menjadi salah satu dari tim OSN biologi. Selain itu, saya juga berkesempatan mengikuti lomba cerdas cermat UUD yang dilangsungkan oleh MPR. Alhamdulillah, bisa menang sampai tingkat provinsi.

Di akhir kelas X, saya dihapkan oleh pilihan untuk mencoba menjadi pengurus OSIS. Setelah melalui berbagai pertimbangan, salah satunya karena saya sudah ‘cukup sibuk’ dan kebutuhan organisasi saya sudah terpenuhi dengan mengikuti PALABSKY yang, toh tahun depan juga menjadikan saya sebagai pengurus, serta alasan takut jungkir-baliknya nilai akademik, saya meninggalkan kesempatan untuk menjadi pengurus OSIS.

Kelas XI

Di kelas XI, saya masuk ke jurusan IPA dan ditempatkan di kelas XI IPA 3 dengan wali kelas Bapak Edy Rufianto (lagi). Tidak seperti rumor yang menyebar di sekolah, ternyata menjadi pengurus di PALABSKY tidak menghambat prestasi. Menyita waktu memang iya, tetapi tetap menyenangkan untuk dijalankan. Dengan menjabat sebagai sekretaris umum di PALABSKY, komandan Olah Raga Arus Deras, dan ketua kegiatan Rafting 2011 tidak menjadikan saya ‘kekurangan waktu untuk melakukan apapun’. Terbukti atas izin Allah SWT, saya masih bisa mengikuti berbagai jenis lomba, seperti web design, English speech contest, English essay competition, model united nations, cerdas cermat Bahasa Inggris yang dilangsungkan oleh CESI (Canadian Education Service International), dan project Young Green Leaders. Alhamdulillah, seluruh lomba yang saya sebutkan diatas mengantarkan saya menjadi pemenang pada setiap lomba tersebut.


kiri: bersama teman-teman yang mengikuti lomba Young Green Leaders 2011(atas), memenangkan YGL 2011 dengan project sabun ramah lingkungan dari lerak (bawah) yang mengantarkan beasiswa untuk mengikuti Asean Youth Conference (kanan)

Tidak menjadi pengurus OSIS tetap membuat saya ikut berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan yang dilangsungkan OSIS. Seperti menjadi Koor Pertandingan cabang Wall Climbing (SkyBattle), panitia short movie competition Jakarta in Global, tim dekorasi SkyAvenue, sampai menjadi aktris untuk drama Skylite. Pernah juga saya diajak untuk ikut terlibat dalam kegiatan sekolah Trip Observasi angkatan 10 bersama teman-teman dari PALABSKY yang lain. Kami waktu itu dibutuhkan untuk membuka jalan untuk sub-kegiatan penjelajahan. medan yang kami lalui cukup berat, karena apabila hujan selain udaranya menjadi dingin tanahnya menjadi sangat licin. Sekali waktu, bersama teman-teman dari XI IPA 3 yang memang sama-sama suka bermusik tampil di acara reuni Trip Observasi angkatan 10. Saya kebetulan waktu itu menjadi gitaris dan bassisnya. Tidak banyak, kami hanya memainkan 2 lagu dan setelah itu pun tidak pernah latihan bersama lagi. Istilahnya, hanya untuk senang-senang saja; tidak untuk serius.

Searah jarum jam dari kanan atas: bersama teman-teman XD, sesaat sebelum pagelaran drama musikal skylite 2011 (tebak saya yang mana ...ehm, bersama teman-teman dan Pak Shobirin berpose di Candi Prambanan saat studi lapangan kelas XI ke Jogja, bersama teman-teman XI IPA 3 saat lari pagi terakhir semester 4


Bisa dibilang, kelas XI ini adalah masa terbaik selama di SMA karena tidak ada target yang harus dikejar (saat kelas X target adalah untuk masuk IPA, dan untuk kelas XII target adalah untuk lulus UN dan masuk PT yang diinginkan. Sedangkan, untuk kelas XI? Tidak ada). Hal ini menjadikan masa di kelas XI lebih santai dan tidak berkesan seperti diburu-buru. Alasan inilah yang menjadikan saya mencoba hampir segala hal yang saya suka dan saya pikir bisa saya lakukan. Tidak hanya lomba seperti yang saya sebutkan di atas, saya juga seringkali mengikuti berbagai konferensi yang cukup sering diadakan oleh komunitas anak muda dari berbagai universitas. Seperti yang terakhir adalah Asean Youth Conference yang dilangsungkan oleh AIESEC, yang secara garis besar membahas tentang “leadpreneurship” (leader-entrepreneur; yang berarti tidak hanya bagaimana cara menjadi pemimpin, tetapi juga menjadi seorang entrepreneur, karena kurang-lebih itulah yang dunia butuhkan saat ini dan beberapa tahun ke depan), Sampai pelatihan table manner di hotel Savoyy Homan. Tidak lain untuk mencari pengalaman, mencari hal apa yang sebenarnya saya suka, dan sekalian mencari tahu minat dan bakat sebagai bekal masuk PTN di kelas XII nanti. Puji tuhan, seluruh kegiatan yang nampaknya tak ada hentinya ini masih mengantarkan saya di posisi ranking 3 besar.

Kegiatan melanglang buana demi mengikuti lomba mencapai gongnya saat saya mendapat undangan untuk mengikuti Pekan Sains di Bratislava, Slovakia. Dengan teman partner kerja Tama, dan pembimbing Bu Ema, berbekal project karya tulis berjudul “The Impact of Earthworms Extraction (Lumbricus terrestris) on the Intensification of E.Coli Bacteria”, bergaris besar tentang penemuan obat alami dari ekstrak cacing tanah yang dapat mengobati penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri E.Coli (yang saat itu sedang marak di Negara-negara Eropa), kami berhasil membawa pulang medali atas special category pada bidang Bio technology.

kiri: di gedung KAA bandung bersama tim dari Labsky saat mengikuti model united nations. saat itu menjadi delegasi untuk negara Prancis (atas), bersama teman-teman yang mengikuti MUN (bawah). Kanan: menjelaskan project ke peserta lain. latar belakang adalah stand dari tim kami lho (atas), bersama teman-teman dari Nigeria (bawah)


Hal yang saya syukuri dari mengikuti Expo Science International ini adalah memperluas jaringan pertemanan ke teman-teman dari belahan dunia lain yang lain. Banyak hal yang bisa saya pelajari dari budaya Negara lain, dan sebaliknya. Senang rasanya saat kita dapat menemukan titik temu dari beribu perbedaan-perbedaan yang ada. Untuk melihat jika tidak ada batasan dalam kapasitas kita untuk saling memahami, untuk kemudian saling membantu mencapai moral excellence-nya masing-masing.

Semoga autobiografi ini dapat bermanfaat kedepannya, dan juga dapat memotivasi teman-teman untuk terus mengejar cita-cita setinggi apapun itu.
Sekian dari saya, komentar atau saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.


Salam,

Kartika Dwi Baswara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar