Jumat, 09 September 2011

Dari Labsky Untuk Indonesia, Agama Kelas 10 Semester 1

Bab I
Kajian Al-Qur’an tentang Manusia dan Tugasnya

I.              Surah Al-Baqarah (2) Ayat 30
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungghnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah (2): 30)

Kesimpulan dari Surah Al-Baqarah (2) ayat 30 adalah:
1.    Allah menciptakan manusia untk dijadikan sebagai khalifah (wakil Allah) di bumi.
2.    Sebagai khalifah, manusia harus melakukan kekhalifahannya di bumi untuk menjaga kelestarian ciptaan-Nya, mengembangkan-Nya serta memakmurkan-Nya.
3.    Untuk membekali manusia sebagai khalifah di bumi, Allah swt. Memberikan pengajaran kepada manusia tentang kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, sehingga manusia mampu melaksanakan tugas yang berat tersebut.
4.    Untuk itulah kita karus berusaha membekali diri kita dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat menjalankan fungsi kekhalifahan dengan sebaik-baiknya. Kita dapat melakukan fungsi tersebut sesuai drngan kemampuan dan status kita masing-masing, tentu saja harus memerhatikan semua aturan yang sudah dibuat oleh Allah.
5.    Malaikat menyangsikan tugas kekhalifahan itu dapat dilaksanakan oleh manusia, karena menurut malaikat dirinyalah yang lebih berhak memikul tugas tersebut dengan bukti dia selalu bertasbih dan memuji-Nya.
6.    Dalam kenyataannya, kebanyakan manusia banyak yang melakukan penyimpangan dari aturan yang dibuat oleh Allah. Manusia banyak melakukan kejahatan seperti merusak dan suka menumpahkan darah di bumi.

II.            Surah Al-Mu’minûn (23) Ayat 12-14
Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. al- Mu’minûn (23): 12-14)

Pada arti Al-Mu’minûn (23) ayat 12-14 tertera tahapan-tahapan terbentuknya manusia, ini adalah beberapa kesimpulan dari Surah Al-Mu’minûn (23) ayat 12-14:
1.    Ayat 12 mejelaskan unsur penciptaan manusia setelah Adam (mansia pertama), yakni saripati tanah.
2.    Ayat 13 kemudian melanjutkan penjelasan bahwa dari saripati tanah itulah Allah menjadikan sperma di tempat yang terjaga, yakni air mani pada laki-laki dan sel telur pada perempuan.
3.    Pada ayat 14 terurai proses penciptaan manusia dari air mani yang menjadi segumpal daging hingga tulang belulang yang terbungkus daging yang setelah itu ditiupkan ruh oleh Allah dan lahir sebagai bayi di dunia.
4.    Di akhir ayat 14 Allah menyatakan bahwa Dia Mahasuci dan juga sebagai Pencipta yang paling baik.
5.    Dengan adanya keterangan-keterangan di atas, kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan hidup hingga detik ini. Tidak lupa terhadap orang tua yang telah melahirkan dan menjaga kita hingga sekarang. Kita harus menjalankan perintah-perintah Allah dan juga orang tua tanpa menyimpang dengan ketentuan Allah. Dengan adanya kelahiran maka pasti ada kematian yang menjadi kelemahan manusia, keterangan-keterangan di atas menyadarkan kita akan bekal masa depan dan menjauhi rasa sombong.


III.           Surah Aż-Żâriyât (51) Ayat 56
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. aż-Żâriyât (51): 56)

Dalam surah Aż-Żâriyât (51) ayat 56 terdapat beberapa arti penting, termasuk:
1.    Allah swt. Meciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya.
2.    Meskipun ada banyak perbedaan antara jin dan manusia, namun keduanya memiliki tugas yang sama sebagai makhluk Allah, yaitu menyembah kepada-Nya.
3.    Bagi manusia, menyembah Allah merupakan tugas yang paling penting, di samping kenjadi khalifah.
4.    Kita tidak boleh meninggalkan ibadah kepada Allah, melakukannyapun harus didasari dengan niat yang ikhlas. Tanpa itu, ibadah kita akan sia-sia.

IV.          Surah An-Nahl (16) Ayat 78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (Q.S. an-Nahl (16): 78)

Pada surah An-Nahl (16) ayat 78 terdapat beberapa kesimpulan seperti:
1.    Manusia lahir dengan tidak mengetahui apapun, karena itu ketika kita menjadi orang yang pintar, berhasil, terkenal, kita tidak boleh sombong (takabur).
2.    Dengan anugerah Allah kita memiliki tiga potensi dasar yang kemudian dapat dikembangkan menjadi mimpi yang kita inginkan. Tiga potensi dasar itu diwajibkan untuk dipakai untuk menjadi khalifah, dan terlebih untuk beribadah.
3.    Dengan adanya tiga potensial tersebut, manusia diharusakan untuk bersyukur, walaupun Allah menyatakan bahwa sebagian besar manusia tidak pandai bersyukur.
 
Bab II
Kajian Al-Qur’an tentang Keikhlasan dalam Beribadah

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku,hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuha seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”.” (Q.S. al-An’âm (6): 162-163)

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (Q.S. al-Bayyinah (98): 5)

Pada surah Al-An’âm (6): 162-163 dapat diambil beberapa kesimpulan seperti:
1.    Allah memerintahkan kepada umat-Nya agar ibadahnya murni terhadap kepada-Nya, tidak dibolehkan kepada selain-Nya.
2.    Aktivitas ibadah meliputi semua perikehidupan manusia yang menyangkut semua aktivitas dalam bentuk ibadah khusus seperti salat, puasa, zakat dan haji, maupun aktivitas manusia dalam berhubungan dengan sesamanya (muamalah), seperti dalam berdagang, berpolitik, berkeluarga, dan sebagainya.
3.    Tidak ada sesuatupun yang berhak menerima peribadahan (disembah) oleh manusia selain Allah.
4.    Oleh karena itu, kita harus berusaha menjadikan semua aktivitas sebagai ibadah kepada Allah. Dengan niat ini, semua yang kita kerjakan tidak sia-sia, tetapi akan bernilai ibadah.

Pada surah al-Bayyinah (98): 5 ada kesimpulan-kesimpulan yang bisa dijadikan pembelajaran, seperti:
1.    Allah memerintahkan kepada manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya.
2.    Ibadah kepada Allah harus dilakukan dengan ikhlas dan lurus, dalam arti harus benar-benar memurnikan jiwanya hanya tertuju kepada Allah.
3.    Dalam rangka memurnikan ketaatan kepada Allah, manusia juga diperintahkan melaksanakan salat dan menunaikan zakat, sehingga akan terwujud agama yang lurus.
4.    Dalam melakukan ibadah kepada Allah harus mengikuti aturan-aturan yang dibuar oleh syariat (Allah dan Rasul-Nya)
5.    Untuk itulah kita hatus berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Janganlah kita menyia-nyiakan ibadah yang kita lakukan karena tidak diniatkan dengan ikhlas, tetapi ada tendensinya atau karena ingin dipuji dan dilihat orang (riya).
 
Bab III
Iman Kepada Allah SWT

I.              Pengertian
Iman kepada Allah adalah meyakini bahwa Allah adalah Ilâh (Tuhan) yang benar. Hanya kepada Allah kita menyembah dan meminta tolong. Allah adalah pencipta alam dan yang mengaturnya. Keyakinan akan Allah Yang Maha Esa (tauhid) adalah titik pusat iman. Selain mempercayai adanya Allah, kita juga harus memahami sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

II.            Sifat-sifat Allah

No.
Sifat
Arti
Mustahil
Arti
Nafsiyah
1
Wujud
Ada
Adam
Tidak ada
Sabilyah
2
Qidam
Terdahulu
Hudus
Baru
3
Baqa
Kekal
Fana
Lenyap/binasa
4
Mukhalafatu lihawadis
Berbeda dengan makhluk-Nya
Mumasalatu lilhawadisi
Serupa dengan makhluk-Nya
5
Qiyamuhu binafsihi
Berdiri sendiri
Adamul qiami binafsihi
Membutuhkan yang lain
6
Wahdaniyah
Maha Esa
Ta’addud
Berbilang
Ma’ani
7
Qudrat
Berkuasa
Ajzun
Lemah
8
Iradat
Berkehendak
Karahah
Terpaksa
9
Ilmu
Mengetahui
Jahlun
Bodoh
10
Hayat
Hidup
Maut
Mati
11
Sama’
Mendengar
Asamma
Tuli
12
Basar
Melihat
A’ma
Buta
13
Kalam
Berfirman
Bukmun
Bisu
Ma’nawiyah
14
Qadiran
Mahakuasa
‘Ajizan
Mahalemah
15
Muridan
Maha berhekendak
Karihan
Maha terpaksa
16
‘Aliman
Maha mengetahui
Jahilan
Mahabodoh
17
Hayyan
Mahahidup
Mayyatin
Mahamati
18
Sami’an
Maha mendengar
Assama
Mahatuli
19
Basiran
Maha melihat
A’ma
Mahabuta
20
Mutakalliman
Maha berfirman
Abkam
Mahabisu

III.           Asmaul Husna
Asmaul Husna berasal dari kata asma/ism yang berarti nama dan kata al husna yang berarti baik. Jadi Asmaul Husna adalah nama-nama yang bagus atau yang terbaik yang dimiliki Allah sebagai bkti akan keagungan-Nya.

Berikut ini adalah 99 Asmamaul Husna selengkapnya:
No.
Nama
No.
Nama
No.
Nama
1.
Ar Rahman
34.
Al Gaffur
67.
Al Ahad
2.
Ar Rahim
35.
Asy Syakur
68.
As Samad
3.
Al Malik
36.
Al ‘Aliyy
69.
Al Qadir
4.
Al Quddus
37.
Al Kabir
70.
Al Muqtadir
5.
As Salam
38.
Al Hafidz
71.
Al Muqaddim
6.
Al Mukmin
39.
Al Muqit
72.
Al Muakkhir
7.
Al Muhaimin
40.
Al Hasib
73.
Al Awal
8.
Al ‘Aziz
41.
Al Jail
74.
Al Akhir
9.
Al Jabbar
42.
Al Karim
75.
Az Zahir
10.
Al Mutakabbir
43.
Ar Raqib
76.
Al Batin
11.
Al Khaliq
44.
Al Mujib
77.
Al Waliyy
12.
Al Bari’
45.
Al Wasi’
78.
Al Muta’ali
13.
Al Musawwir
46.
Al Hakim
79.
Al Barru
14.
Al Gaffar
47.
Al Wadud
80.
Al Tawwab
15.
Al Qahhar
48.
Al Majid
81.
Al Muntaqim
16.
Al Wahhab
49.
Al Ba’is
82.
Al Afuw
17.
Ar Razaq
50.
Asy Syahid
83.
Ar Rauf
18.
Al Fattah
51.
Al Haqq
84.
Malikul Mulki
19.
Al ‘Alim
52.
Al Wakil
85.
Zul Jalali wal Ikhram
20.
Al Qabid
53.
Al Qawiyyu
86.
Al Muqsit
21.
Al Basit
54.
Al Matin
87.
Al Jami’
22.
Al Khafid
55.
Al Waliyyu
88.
Al Ganiyyu
23.
Al Rafi’
56.
Al Hamid
89.
Al Mugni
24.
Al Mu’izz
57.
Al Muhsiy
90.
Al Mani’
25.
Al Muzill
58.
Al Mubdi’u
91.
Ad Darru
26.
Al Sami’
59.
Al Mu’id
92.
An Nafi’
27.
Al Basir
60.
Al Muhyi
93.
An Nur
28.
Al Hakam
61.
Al Mumit
94.
Al Hadi
29.
Al Adlu
62.
Al Hayyu
95.
Al Badi’
30.
Al Latif
63.
Al Qayyum
96.
Al Baqi
31.
Al Khabir
64.
Al Wajib
97.
Al Warisu
32.
Al Halim
65.
Al Majid
98.
Ar Rasyid
33.
Al ‘Azim
66.
Al Wahid
99.
As Sabur

IV.          Hikmah Mengenal Sifat-sifat dan Nama-nama Allah dan Perilaku yang Harus Ditampilkan
a)    Menyadari bahwa manusai adalah makhluk yang lemah
b)    Berupaya untuk menjadi orang yang kuat dan pandai
c)    Bersikap sabar, kasih sayang dan pemaaf
d)    Berupaya menjadi kreatif

Bab IV
Berperilaku Terpuji

I.              Pengertian
Husnuzan berasal dari kata husnu az-zan yang berarti berbaik sangka. Husnu berakar dri kata hasana yang artinya baik atau berbuat baik dan zan berarti dugaan, perkiraan, pikiran, atau pendapat. Berbeda dengan su’uzan atau berburuk sangka. Orang yang bersu’uzan adalah orang yang suka berburuk sangka tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya orang yang berhusnuzan adalah orang yang selalu berpikir positif dan tidak pernah berburuk sangka.

II.            Macam-macam Husnuzan
a)    Huznuzan kepada Allah
ð  Meyakini bahwa Allah benar-benar Maha Esa (tauhid)
ð  Bertakwa kepada Allah
ð  Beribadah dan berdoa hanya kepada Allah
ð  Berserah diri kepada Allah (tawakal)
ð  Menerima dengan ikhlas semua keputusan Allah
b)    Husnuzan kepada Orang Lain
ð  Husnuzan kepada diri sendiri
·         Bersikap gigih
·         Bersikap inisiatif
·         Rela berkorban

III.           Hikmah Memiliki Sifat Husnuzan
a)    Hidup menjadi tenang, tentram, dan damai;
b)    Hati menjadi selalu terjaga kebersihannya;
c)    Menumbuhkan sikap tulus, ikhlas, dan sabar;
d)    Memacu untuk lebih kreatif dalam hidupnya;
e)    Menumbuhakan sikap optimis dan tidak putus asa; dan
f)     Senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah sekecil apapun.

Bab V
Sumber Hukum Islam, Hukum Talkifli, dan Hukum Wad’i

I.              Sumber Hukum Islam
1.    Sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar acuan dan pedoman dalam menetapkan hukum islam. Sumber hukum islam tertinggi adalah Al-Qur’an, lalu Hadis, dan terakhir adalah ijtihad.
2.    Maksud dengan ijtihad ialah menggunakan seluruh kemampuan untuk menetapkan hukum syariat dengan berdasar kepada Al-Qur’an dan Hadis. Tegasnya ijtihad baru boleh dilakukan, bila hukum sesuatu itu permasalahan dan ketentuannya tidak tercantum secara nyata, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis.
3.    Bentuk ijtihad bermacam-macam, diantaranya: ijma’, qiyas (ra’yu), istishab, maslahah mursalah, dan ‘urf.

II.            Hukum Taklifi dan Hukum Wad’i
1.    Ulama ushul fikih pada umumnya membagi hukum syara’ menjadi dua bagian, yaitu hukum taklifi dan hukum wad’i.
2.    Bentuk hukum taklifi ada 5, yaitu: Wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh.
3.    Bentuk hukum wad’i adalah merupakan ketentuan-ketentuan Allah SWT, yang mengatur tentang sebab, syarat, man’i, batal, azimah, dan rukhsah.
4.    Mempelajari dan memahami hukum taklifi dan hukum wad’i serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah.
 
Bab VI
Keteladanan Rasulullah SAW Periode Mekah

-       Muhammad bin Abdullah diangkat Allah SWT menjadi rasul-Nya tatkala beliau genap berusia 40 tahun, tepatnya tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M).
-       Di awal kenabian Rasulullah SAW, mendapat tugas suci untuk menyeru masyarakat Arab yang masih jahiliah di bidang agama, moral, dan hukum agar meyakini ajaran Islam yang disampaikan olehnya dan mengamalkan ajarannya.
-       Ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah tentang keesaan Allah SWT, Hari Kiamat, kesucian jiwa, dan persaudaraan serta persatuan.
-       Strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah, mula-mula secara sembunyi-sembunyi, kemudian secara terang-terangan.
-       Dalam dakwah pada periode Mekah, Rasulullah SAW dan para pengikutnya, mendapat tekanan dan kekerasan dari kaum kafir Quraisy, sehingga mereka meninggalkan kota Mekah dan berhijrah ke Yatsrib (Madinah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar